Membuka blog ini, seperti membaca lembaran kisah dalam sebuah buku.. Tanpa pernah bermaksud mencela, menggurui, atau bahkan menyinggung seseorang, suatu badan, organisasi, atau instansi apapun,.Tetapi lebih kepada berbagi kisah agar setiap pembaca dapat mengambil hikmah dari setiap kisah yang ada.. Just sit back, relax, and enjoy the ride...

Senin, 07 April 2008

dilupakan atau terlupakan?

Apa bedanya kata dilupakan dengan kata terlupakan? Sama2 berasal dari suku kata “lupa”, sama2 berakhiran –kan, tapi jika dipahami lebih lanjut, dua kata ini mengandung definisi yang berbeda. Sederhananya aja deh, kalau “dilupakan” itu artinya, kita memang sengaja melupakan sesuatu hal, biasanya sih berhubungan dengan hal-hal buruk yang menimpa kita. Tapi kalau “terlupakan” ? Nah, ini artinya, tidak sengaja melupakan satu hal, akibat pikiran kita yang rasanya sudah “overload” akan banyak hal yang terjadi sehari-hari..Oh ya, baik dilupakan atau terlupakan ini mempunyai efek yang negative (nggak enak-red) loh bagi orang yang tertimpanya (objek penderitanya, bukan pelakunya-red).. kalau dipikir2, siapa sih yang mau jadi orang yang dilupakan atau orang yang terlupakan? Pasti nggak ada kan? Huhuhuhu…sedih aja rasanya..(secara saya seorang wanita, pasi perasaannya sangat sensitive..hehe..)

Hmm..tapi sedikit berbagi pengalaman aja, saya sering loh menjadi kedua orang diatas, baik berada pada posisi yang “dilupakan” atau pada posisi “terlupakan”..sedih? pastinya,..tapi saya sadar diri kok. “Ah, gak mungkinlah orang terus2an inget sama saya bukan? Memang saya siapa? Lagian, nggak ada yang special dalam diri saya, jadi yah dengan mudahnya cepat terlupakan orang. Tapi, kalau dilupakan, Oh mungkin saya pernah berbuat jahat sama orang tersebut, sehingga “Saya” pun sengaja dikeluarkan dalam kamus hidupnya. Ibarat pensil, jika salah nulis, yah gampang aja toh, tinggal dihapus aja pake penghapus..hehehe…Itulah saya. Saking nggak ada yang special-na, kadang saat harus meng-sms, mengirim email, atau mungkin saat bertemu orang yang sudah lama tak ada kabar beritanya, saya harus menggunakan embel2 organisasi, sekolah saya dulu, kampus saya dulu. atau bahkan terpaksa membawa2 orang lain, seperti adeknya ini, temennya ini, dsb..

Kalau dipikir2 lagi nih, apa mungkin dengan latar belakang seperti saya ini, yang mudah terlupakan dan dilupakan ini, maka saat ini di Indonesia tepatnya, sedang keranjingan demam “menjadi orang terkenal”, yang penting masuk TV, bisa dikenal orang se-Indonesia, dipuja2 se-Indonesia, kalau bisa sampai go international?? Mereka berjuang keras mengikuti audisi2, seperti Indonesian Idol, Mamamia Show, KDI (Kontes Dangdut Indonesia), hingga Idola CIlik dengan segmentasi anak2 SD, untuk kemudian meraih simpati masyarakat sehingga dapat menjadi idola, sukses, terkenal, jadi kaya mendadak tanpa harus susah payah. Hmm…menurut saya sih, audisi2 seperti ini hanyalah “menjual mimpi” belaka (gimana nggak menjual mimpi, lah wong kita sendiri mesti tahu kalau mau jadi kaya, jadi terkenal itu mesti usaha, sekali lagi USAHA, dan melewati proses yang berliku, bukan seperti audisi2 itu, lewat jalan” instant”. Nggak sampai sebulan, udah dikenal se-Indonesia, diiming2i hadiah2 ini itu, dan jaminan jadi orang sukses..ck..ck..ck..mimpi di siang bolong banget nggak sih?hehe..).

Dan yang diuntungkan di balik semua itu, yah kembali lagi, pengusaha2 industri pertelevisian. Kalau dilihat dari sudut ekonominya, audisi2 ini akan memberikan profit yang tinggi bagi industri pertelevisian. Gimana nggak? Yuk, mari berhitung.. ada berapa sih iklan yang “hilir mudik” saat acara ini digelar? Menurut pengamatan saya, durasi iklan saat audisi2 ini biasanya sangat panjang, bahkan mungkin 1/2 acara tersebut berisi iklan, bisa iklan yang berupa ad-lips( yang diucapkan oleh pembawa acara, misalnya “Acara ini dipersembahkan oleh bla..bla..bla..), produk2 yang “menempel” pada para kontestan, para juri2nya, dan pengisi acara lainnya, dan juga iklan produk2nya langsung. Belum lagi sms2 dukungan, yang tarifnya Rp. 2000,-/sms. Makin kaya deh, para “operator” selular. Hehe.. untuk para “calon artis”-nya sendiri, apa mereka semakin kaya? Tergantung..kalau mereka “berhasil” meraih gelar juara(setelah berhasil meraih simpati masyarakat, dan merogoh “kocek dalam2”, karena harus membiayai “para juru kampanye-nya”, untuk sms sebanyak2nya ..ck..ck..ck..), yah otomatis akan terkenal, kemudian dielu2kan sana sini, dan job pun mengalir deras padanya. Tapi kalau nggak berhasil jadi juara, yah wassalam.. welcome back to the real world..hehe..dan ironisnya, mereka2 ini akan dengan cepat dilupakan orang, digantikan pesonanya dengan “sang juara”..

Eh, tapi..untuk “sang juara” sendiri, harus siap2 mental plus pinter2 ngelobi kanan kiri juga loh. Karena seperti halnya produk,, sang juara ini punya life cycle juga loh..dan semua ini tergantung dari kemahiran sang manajer dan artis (juara-red) mempertahankannya, dan sedini mungkin memasuki tahap maturity..istilahnya, pinter2 cari job aja deh (meminjam istilah para artis+managementnya..)..hehe…dan lagi2, kembali yang diuntungkan, si “yang punya stasiun TV” itu sendiri..selain dari pemasukan iklan yang saya sebutkan tadi, dengan adanya audisi ini, para produser acara TV tersebut tidak perlu membayar mahal2 artis terkenal untuk mengisi acara TV tersebut, misalnya acara musik, sinetron, dll. Karena sekarang sudah ada ‘idola2 baru”, yang siap “diberdayakan” untuk mengisi acara tersebut, dengan fee yang jauh lebih rendah dari artis2 terkenal itu. Jangan bicara bakat, karena dengan sedikit “polesan” saja maka jadilah artis2 sinetron baru, penyanyi2 karbitan, yang sangat minim jam terbangnya. Yang penting masyarakat familiar dengan “muka2” mereka dan bangga karena ‘idola” pilihan mereka bisa disejajarkan dengan para artis papan atas. Kalau dalam ilmu ekonomi,harga barang input bisa ditekan sedemikian sehingga biaya produksi pun bisa menurun,dan produsen memaksimumkan profit dengan menjual barang output dengan harga di atas biaya produksi. Apalagi bila demand meningkat, supply tetap, maka harga output pun perlahan tapi pasti akan meningkat juga…(bener nggak yah, logika ekonomi gw??hehehe..)

Kembali lagi ke masalah, terlupakan dan dilupakan, apakah karena tidak ingin dilupakan begitu saja, maka semua orang berlomba2 mengikuti audisi2 seperti ini? Hwah, kayaknya seru juga sih kalau ada penelitian seperti ini, tinggal ditambah2in variabel2 eksogen lainnya aja, seperti motivasi ingin cepat kaya, motif coba2/iseng, dll..hwaahhh….ada yang minat melakukan penelitian ini? Jangan lupa bayar royalty ke saya yah, kan idenya dari saya..hehehehe….Peace! So, terlupakan atau dilupakan, bagi saya nggak masalah.. Yah, asalkan jangan diperlakukan demikian aja oleh keluarga dan sahabat2 saya dan juga kucing saya..hehe.. Ingat selalu aja, kalau orang akan datang dan pergi dalam kehidupan kita dan ada yang meninggalkan “bekas yang dalam” di kehidupan kita, dan kita pun tidak akan pernah sama seperti sebelumnya…


(Ps; sebenarnya posting-an ini bukan bermaksud sok2 “mengkritisi” masalah audisi2 yang marak diadakan oleh stasiun2 televisi di Indonesia saat ini, tapi saya membuat, tulisan ini pada saat saya menyadari bahwa orang2 yang “dulunya” pernah dekat dengan saya, akan married (bahkan ada yang sudah married..) dalam waktu dekat, dan parahnya saya tak diundang saja gitu? mungkin mereka janjian kali yah,.. atau mungkin memang sengaja “menghapus” saya dalam kehidupan mereka? hwahahahahahaa…..Wallahualam Bissawabb..By the way, that’s why, I choose this topic to post on my blog..:-) )

Tidak ada komentar: